Penari dari SLB Fisabilillah Muaro Paneh, Kec. Bukit Sundi, Kab. Solok menampilkan tari panen dan tari bagurau dalam acara lomba FLS2n tingkat provinsi. Tari panen merupakan tari tradisional Minangkabau yang melambangkan rasa syukur setelah memanen padi. Pada zaman dahulu tari panen ini befungsi sebagai sebagai upacara dalam menyambut panen padi sebagai rasa syukur kepada sang dewi atau disebut juga dengan dewi padi. Dan upacara panen dilakukan pada malam hari dengan menggarak seorang gadis dara, untuk sebagai lambang dari dewi tersebut. Gerakan tari ini terinspirasi dari kehidupan para petani, mulai dari kegiatan mecangkul, kegiatan membajak sawah dan kegiatan menanam padi. Selain menggambarkan kehidupan petani tari panen juga memiliki makna suka cita kelompok masyarakat tradisional Minangkabau dalam mengolah lahan pertanian. Mereka bekerja sama, bersenda gurau dan saling tolong menolong, kebersamaan ini tercermin pada ketika musim panen tiba. Para petani akan merayakan hasil panen mereka jika mandapatkan hasil yang melimpah dengan bentuk tari bagurau. Tari bagurau di lakukan untuk mengungkapkan rasa bahagia petani dalam menerima hasil yang memuaskan.

Tari bagurau juga berasal dari Minangkabu yang menggambarkan bagaimana perempuan minang dalam bergaul, tari yang enerjik tegas namun tetap pada keanggunan wanita Minangkabau. Tari bagurau juga menggambarkan keceriaan orang minang yang disalurkan dalam gerakan tari yang indah dan music yang membuat penari penuh semangat tapi tetap dengan keanggunan wanita. Tari bagurau merupakan tarian yang menggambarkan sikap atau bentuk rasa syukur orang minang dalam mendapakan sesuatu yang sangat di syukuri.

Makna dalam tari kreasi ini yang menggabungkan tari panen dan tari bagurau yaitu tari panen yang menggambarkan kehidupan para petani mulai dari mengolah lahan, membajak, menanam padi sampai dengan mendapatkan hasil panen yang banyak, disambut dengan tari bagurau yang menjadi suka cita, keceriaan dan kegembiraan karena rasa syukur dari hasil panen yang melimpah